Kisah Inspiratif Mahasiswa ITSNU dalam Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM)



MADDA JURNALISTIK | Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) merupakan inisiatif inovatif yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa di Indonesia untuk merasakan keberagaman budaya, memperluas wawasan akademik, dan memperkaya pengalaman hidup mereka. Program ini tidak hanya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di universitas lain di Nusantara, tetapi juga menciptakan wadah untuk membangun jaringan sosial yang luas, mengembangkan keterampilan interpersonal, dan meningkatkan daya saing di pasar kerja global.

Di era globalisasi dan keterhubungan, PMM menjadi jembatan penting yang menghubungkan mahasiswa dari berbagai latar belakang, memperdalam ilmu dengan perspektif baru, dan membentuk generasi pemimpin masa depan yang lebih toleran, kreatif, dan kompetitif. Mari kita lihat lebih dekat bagaimana pertukaran pelajar sukarela dapat menjadi katalisator perubahan positif dalam kehidupan pelajar dan kontribusi mereka terhadap negara.

Pada suatu sore hari, saya melakukan wawancara dengan Nazilatul Azza, seorang mahasiswi yang telah menyelesaikan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas Internasional Batam. Azza tidak menjalani pengalaman ini sendirian, melainkan bersama dengan temannya, Nadya Mayla Putri Ramadani. Pertemuan saya dengan Azza tidak hanya untuk berbagi cerita, tetapi juga untuk menginspirasi mahasiswa lain agar berani mengambil langkah besar dalam kehidupan mereka. Melalui kisah Azza, saya berharap dapat menunjukkan betapa berharganya pengalaman ini dalam membentuk karakter dan masa depan seseorang. 

Azza memulai cerita dengan mengungkapkan motivasinya mengikuti program PMM. "Saya ingin mencoba hal-hal baru, terutama dalam metode perkuliahan. Saya berpikir bahwa dengan belajar di lingkungan kampus yang berbeda, saya akan mendapatkan wawasan baru tentang cara mengajar dan metode pembelajaran yang diterapkan di sana. Eksplorasi ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan akademik saya," ujarnya dengan semangat yang jelas. 


Tak hanya itu, Azza juga ingin memperluas jaringan pertemanan dan relasi dari berbagai daerah di Indonesia yang berbeda-beda baik agama, suku, bahasa, dan budaya. "Saya ingin melihat dan merasakan secara langsung bagaimana perkuliahan di luar Pulau Jawa serta mengenal budaya yang ada di sana," tambahnya.


Awal Mula Mengikuti Program PMM

Azza pertama kali mengetahui tentang program PMM dari story teman yang ikut program ini di batch sebelumnya. Dia pikir program ini sangat menarik untuk diikuti, tetapi awalnya mengira program ini tidak akan diadakan dua kali dalam setahun. Namun, beberapa minggu kemudian, di Instagram Kemendikbud diumumkan bahwa program PMM akan dibuka pada semester genap. "Saat itu, saya langsung memeriksa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti program tersebut, dan ternyata semua persyaratan tersebut dapat saya penuhi karena saya masih semester 3," ceritanya.

Dalam proses seleksi, Azza bersama Nadya menghadapi berbagai tantangan, termasuk konsultasi dengan Kaprodi dan Dekan Saintek, serta menunggu rekomendasi dari kampus asal. "Kami merasa lega dan tinggal menunggu pengumuman seleksi. Akhirnya, diumumkan bahwa kami lolos di pilihan pertama yaitu Universitas Internasional Batam," ungkapnya.


Perjalanan Menuju Batam

Perjalanan Azza menuju Batam penuh dengan tantangan. Awalnya, dia merasa pesimis apakah dia dapat berbaur dengan mahasiswa lain di sana, baik mahasiswa PMM maupun mahasiswa lokal di Universitas Internasional Batam. Di jurusannya, sebagian besar mahasiswa adalah non-Muslim, sehingga mereka menjadi minoritas. "Namun, saya berusaha keras untuk bisa berbaur dengan mereka. Akhirnya, saya berhasil menjalin persahabatan yang erat dengan mereka dan sering mengobrol bersama, begitu juga dengan mahasiswa PMM yang sudah seperti saudara bagi saya," cerita Azza.

Metode Pembelajaran yang Berbeda

Di Batam, Azza mengalami kejutan dalam hal metode pembelajaran. Perkuliahan di sana dimulai pada sore hingga malam hari, dan sebagian besar pembelajaran dilakukan secara offline. Hal ini disebabkan oleh banyaknya mahasiswa yang bekerja dari pagi hingga sore hari. "Metode pembelajaran di sana lebih menekankan pada proyek untuk penilaian UAS, yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks praktis," jelasnya.

Azza merasa bahwa metode ini sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan praktis dan memperdalam pemahaman materi. "Melalui proyek-proyek tersebut, saya belajar untuk bekerja dalam tim, mengelola waktu, dan menyelesaikan masalah nyata yang dihadapi dalam bidang studi saya. Meskipun awalnya terasa menantang, saya akhirnya merasa bahwa pendekatan ini memberikan banyak manfaat dan memperkaya pengalaman belajar saya," katanya.


Pengalaman Budaya di Batam

Salah satu aspek yang menarik dari program PMM adalah Mata Kuliah Modul Nusantara. Melalui mata kuliah ini, Azza dan teman-teman PMM lainnya dikenalkan dan mempelajari berbagai tradisi dan budaya yang ada di Batam. Mereka juga diperkenalkan dengan berbagai makanan khas Batam. "Pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah saat kami berkontribusi sosial selama dua hari satu malam di sebuah pulau kecil bernama Pulau Lengkang," ujar Azza dengan antusias.

Di pulau tersebut, hanya ada satu sekolah dasar, dan anak-anak di sana harus menyeberang pulau untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Listrik di pulau tersebut hanya menyala selama lima jam setiap hari, dari jam 16.00 hingga 21.00. "Selama berkontribusi di Pulau Lengkang, kami memperbaiki beberapa fasilitas umum yang sudah rusak serta mengajar dan bermain dengan anak-anak di sekolah dasar tersebut," kenangnya.

Sebuah Pengalaman yang Mengubah Hidup

Azza merasa bahwa apa yang menjadi motivasinya saat ingin mendaftar PMM telah terwujud dan bahkan melebihi apa yang dia bayangkan. "Pengalaman ini tidak hanya memberikan wawasan akademik yang berharga, tetapi juga memperkaya kehidupan sosial dan budaya saya. Bagi kalian yang ingin mendaftar program PMM atau program MBKM lainnya, jangan ragu untuk mendaftar. Memang awalnya terasa sulit, tetapi pada akhirnya kita dapat menikmati hasil dari usaha yang telah kita lakukan dengan susah payah," pesan Azza.


Sebuah Awal Perjalanan yang Menginspirasi

Melalui program PMM, Azza tidak hanya belajar secara akademis, tetapi juga tentang kemandirian, adaptasi, dan pentingnya menghargai perbedaan. Pengalaman ini sangat berharga dan telah membentuknya menjadi individu yang lebih kuat, tangguh, dan terbuka terhadap berbagai perbedaan budaya dan perspektif.

Program PMM tidak hanya membuka mata Azza terhadap keanekaragaman Indonesia, tetapi juga mengajarkan bahwa dengan usaha dan ketekunan, kita dapat mencapai hal-hal yang mungkin sebelumnya terasa sulit atau bahkan tidak mungkin. "Pengalaman ini akan selalu saya kenang dan menjadi motivasi bagi saya untuk terus berusaha dan belajar di masa depan," tutup Azza dengan senyuman penuh harapan.

Kisah Azza adalah bukti nyata bahwa keberanian untuk keluar dari zona nyaman dapat membuka peluang dan pengalaman yang luar biasa. Semoga cerita ini dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk mengikuti jejaknya dan berani mengambil langkah besar dalam hidup mereka.



Penulis    : Ririn Yuli Yani, Putri CahyaningTyas

Editor      : Ririn Yuli Yani

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama