Paijo, laki-laki itu membaca sebuah buku dengan judul
Fisika di bagian sampulnya. Katanya, ia sempat menjadi muridnya Om Albert
Einstein selama sedetik tadi malam. Oleh karena itu, Paijo mendapat sebuah
ilham untuk membuka buku yang penuh logika dan angka itu pagi ini walaupun
otaknya sukar untuk diajak kompromi.
Tenang dan damai, itulah suasana yang tercipta. Namun,
Paijo mulai merusaknya karena laki-laki itu mulai angkat suara. "Dah,
ternyata usaha gua selama ini nggak ternilai, ya di mata Fisika," keluh
Paijo sambil menutup halaman buku di tangannya.
"Usaha lu yang mana, Jo?" sahut Jubaedah
tanpa mengalihkan atensinya.
"Usaha gua buat dapetin Juminten." Jubaedah
langsung mengangkat wajah tatkala mendengar kalimat itu terlontar dari mulut
Paijo. "Udah bermacam-macam gaya gua coba buat deketin dia. Tapi apa, hati
Juminten sama sekali nggak bergerak buat gua."
![]() |
sumber : freepik |
“Waduh! Kasihan juga lu, Jo! Yang sabar, ya, Jo.
Mungkin perjalanan cinta lu ama Juminten harus lewati proses evolusi
dulu."
"Yaah .... lama, dong!"
"Ya gitu." Jubaedah pun melanjutkan
kegiatannya membaca buku.
"Eh, Dah! Gimana kabar lo ama si Wakidi?"
tanya Paijo iseng.
Jubaedah terkesiap mendengar nama tersebuat.
"Plis, deh! lu jangan sebut-sebut nama dia, Jo! Denger namanya aja gua
udah dongkol."
Paijo mencibir. "Eh, Dah! Lu tau nggak evolusi
apa yang paling mengerikan?"
"Emboh!" balas Jubaedah tak acuh.
"Mau tau nggak?" Paijo gencar untuk
memancing rasa penasaran Jubaedah.
Jubaedah mengangkat pandang dari buku di pangkuan
karena mulai penasaran dengan jawabannya. "Apa coba?"
"Evolusi
rasa, Dah. Dari benci jadi cinta atau sebaliknya," ujar Paijo dengan muka
tengilnya. Kedua mata Jubaedah melebar dengan air muka kaget yang kentara.
"Jadi, siap-siap aja lu bakal alami evolusi itu
sama si Wakidi." Paijo terbahak-bahak karena berhasil mengerjai si
Jubaedah.
Kontributor : Umar, Ririn