Abstrak

sumber : freepik

Saat weekend, para pemuda Kampung Boechin mengadakan pameran seni. Berbagai macam karya seni terpajang rapi di sana. Mulai dari karya seni dua dimensi sampai tiga dimensi.

Karena tak mau ketinggalan dengan hal ini, dua sejoli Paijo dan Jubaedah pun mengunjungi pameran tersebut. Setiap inci dari tempat pameran dipijaki oleh Paijo dan Jubaedah. Langkah dua sejoli itu pun membawa mereka pada deretan lukisan abstrak yang dibuat oleh warga kampung sebelah.

"Jo," panggil Jubaedah.

"Iya, Dah?"

"Kenapa, sih, lukisan itu ada yang abstrak? Bentukannya nggak jelas, warnanya kayak gado-gado, maksudnya nggak jelas. Gue, kan jadi susah buat pahami apa maknanya," lontar Jubaedah dengan bersungut-sungut. 

Paijo tergelak pelan mendengarnya. Laki-laki itu berdeham, lantas berujar, "Hmm ... gini, Dah. Lukisan itu seni, seni itu, kan, ungkapan perasaan manusia. Jadi, wajar, dong, kalo ada lukisan abstrak karena perasaan manusia juga ada yang abstrak, susah buat dipahami."

"Kayak perasaan lo, ya, Jo?" celetuk Jubaedah.

Paijo tertawa. "Saking aesthetic-nya, lukisan abstrak itu punya nilai jual yang tinggi, lho. Itu mengajarkan sama kita buat menghargai perasaan manusia, bukan malah menyia-nyiakannya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama